Ribut Dengan Rusia, Turki Bisa Kehilangan Rp125 Triliun
View attachment 70331
ANKARA - Turki bisa kehilangan pendapatan sampai USD9 miliar atau sekitar Rp125 triliun selama terlibat ketegangan dengan Rusia. Demikian disampaikan Deputi Perdana Menteri Turki, Mehmet Simsek, Senin (7/12/2015).
"Rusia selalu menjadi mitra penting bagi kami dan kami tidak ingin ada konflik dengan itu. Dari hari pertama, kami mengembangkan langkah-langkah dalam memerangi krisis dan semua industri siap. Dalam skenario terburuk selama krisis dengan Rusia, Turki mungkin kehilangan sekitar USD9 miliar," kata Simsek dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Turki, NTV.
Menurut Simsek, ekspor barang Turki ke Rusia telah berkurang 30-40 persen pada tahun ini. Jumlah wisatawan Rusia ke Turki dan kontrak konstruksi dengan perusahaan-perusahaan Rusia juga telah berkurang signifikan.
Hubungan Rusia danTurki memburuk menyusul tindakan pesawat tempur F-16 Turki yang menembak jatuh pesawat jet pembom Su-24 Rusia di perbatasan Suriah-Turki pada 24 November lalu. Presiden Rusia, Vladimir Putin, marah dan menyebut Turki sebagai kaki tangan teroris yang "menikam dari belakang".
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, telah menyerukan Rusia agar membatalkan sanksi ekonominya terhadap Ankara.
"Ekonomi dan perdagangan selalu mengambil posisi khusus dalam hubungan bilateral kita. Kami percaya tidak benar karena insiden menyedihkan untuk memungkinkan merusak hubungan kita, yang telah mengembangkan basis yang kuat atas upaya bertahun-tahun," katanya.
(Baca: Turki Serukan Rusia Batalkan Sanksi Ekonomi)
Dia mengatakan, kedua negara telah berbagi pemahaman perdagangan dan hubungan ekonomi yang tidak boleh dipengaruhi oleh perselisihan politik.
"Dari eskalasi ketegangan saat ini, kita harus dengan darah dingin dan sesegera mungkin mengatasi periode ini dan kembali (memulihkan) hubungan kami. Kita harus keberatan, jika insiden menyedihkan ini akan menanggung risiko konsekuensi abadi dan akan membangun ancaman konsekuensi abadi, juga akan berisi bahaya yang merumitkan hubungan antara rakyat kita," lanjut Menlu Turki itu.
Source: international.sindonews.com
View attachment 70331
ANKARA - Turki bisa kehilangan pendapatan sampai USD9 miliar atau sekitar Rp125 triliun selama terlibat ketegangan dengan Rusia. Demikian disampaikan Deputi Perdana Menteri Turki, Mehmet Simsek, Senin (7/12/2015).
"Rusia selalu menjadi mitra penting bagi kami dan kami tidak ingin ada konflik dengan itu. Dari hari pertama, kami mengembangkan langkah-langkah dalam memerangi krisis dan semua industri siap. Dalam skenario terburuk selama krisis dengan Rusia, Turki mungkin kehilangan sekitar USD9 miliar," kata Simsek dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Turki, NTV.
Menurut Simsek, ekspor barang Turki ke Rusia telah berkurang 30-40 persen pada tahun ini. Jumlah wisatawan Rusia ke Turki dan kontrak konstruksi dengan perusahaan-perusahaan Rusia juga telah berkurang signifikan.
Hubungan Rusia danTurki memburuk menyusul tindakan pesawat tempur F-16 Turki yang menembak jatuh pesawat jet pembom Su-24 Rusia di perbatasan Suriah-Turki pada 24 November lalu. Presiden Rusia, Vladimir Putin, marah dan menyebut Turki sebagai kaki tangan teroris yang "menikam dari belakang".
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, telah menyerukan Rusia agar membatalkan sanksi ekonominya terhadap Ankara.
"Ekonomi dan perdagangan selalu mengambil posisi khusus dalam hubungan bilateral kita. Kami percaya tidak benar karena insiden menyedihkan untuk memungkinkan merusak hubungan kita, yang telah mengembangkan basis yang kuat atas upaya bertahun-tahun," katanya.
(Baca: Turki Serukan Rusia Batalkan Sanksi Ekonomi)
Dia mengatakan, kedua negara telah berbagi pemahaman perdagangan dan hubungan ekonomi yang tidak boleh dipengaruhi oleh perselisihan politik.
"Dari eskalasi ketegangan saat ini, kita harus dengan darah dingin dan sesegera mungkin mengatasi periode ini dan kembali (memulihkan) hubungan kami. Kita harus keberatan, jika insiden menyedihkan ini akan menanggung risiko konsekuensi abadi dan akan membangun ancaman konsekuensi abadi, juga akan berisi bahaya yang merumitkan hubungan antara rakyat kita," lanjut Menlu Turki itu.
Source: international.sindonews.com