Senator Fahira Idris. (Foto

0
inShare
JAKARTA (KRjogja.com) - Grand desain Program Bela Negara, termasuk kurikulumnya, menjadi paramater, efektif tidaknya program ini bagi bangsa dan negara. Menurut Senator Fahira Idris, salah satu muatan penting dari program ini antara lain menyadarkan generasi muda bahwa saat ini mereka sedang dijajah dan dilemahkan.inShare
Wakil Ketua Komite III DPD yang membidangi persoalan pendidikan ini berpendapat, selain melatih fisik, etos, dan kedisiplinan, Program Bela Negara harus bisa membuka mata generasi muda tentang kondisi kekinian Indonesia yang menjadi objek invasi atau serbuan berbagai tata nilai, budaya, dan perilaku (gaya) hidup dari luar yang melemahkan dan bertentangan dengan kepribadian bangsa.
"Generasi muda kita sedang 'dijajah' oleh berbagai pengaruh negatif. Dengan kemajuan teknologi, setiap saat tata nilai dari luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa berhasil masuk dan mempengaruhi keseharian generasi muda kita lewat budaya-budaya populer mulai dari musik, film, gaya hidup, fashion, hingga makanan/minuman. Generasi muda kita sedang dilemahkan. Menolak menjadi generasi muda yang lemah adalah bentuk bela negara," ujar putri mantan Menaker Fahmi Idris ini di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta (19/10/2015).
Menurut Fahira yang cucu (alm) KH Hasan Basri (mantan Ketua Umum MUI), saat ini hedonisme tengah melanda sebagian besar generasi muda Indonesia. Ini ditambah dengan masih leluasanya mesin-mesin penghancur terutama narkoba dan miras yang terus menggilas mereka. Perilaku yang mengedepankan kekerasan, tawuran, bahkan hingga seks bebas, saat ini semakin menjadi saja di kalangan generasi muda kita.
"Jadi, Program Bela Negara ini juga harus bergerak simultan dengan aksi-aksi nyata pemerintah dalam melindungi generasi mudanya. Negara juga harus menjamin, baik narkoba maupun miras tidak akan menyentuh generasi muda kita. Jika ingin mereka tidak tawuran, sediakan kegiatan dan sarana agar energi mereka tersalur ke hal-hal positif. Jika ingin mereka punya karakter, jujur, tidak korupsi, berilah contoh dan teladan," ungkap Ketua Yayasan Abadi (Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri) ini.
Saat ini (2015) jumlah pemuda Indonesia tercatat sebanyak 87 juta jiwa. Bahkan di tahun 2020, Indonesia akan mengalami 'bonus demografi' di mana angka penduduk usia muda produktifnya akan jauh lebih besar dari angka penduduk usia lainnya. Jumlah yang besar ini, menurut Fahira, dapat menjadi potensi sebagai motor penggerak perubahan bangsa apabila dibarengi dengan pemuda yang berkualitas. Sebab itu, Program Bela Negara terutama fokus kepada generasi muda, menjadi sangat krusial.