Terapkan strategi blusukan ala bapak
Gibran bukan tipikal bos yang tinggal terima beres. Dia malah lebih rajin turun tangan dan terjun ke lapangan. Praktis semua kegiatan dari hulu sampai hilir, dia paham. Mulai dari belanja bahan baku masakan sampai ke perekrutran tenaga kerja. Dia jadi tahu pegerakan harga-harga sayur mayur, sembako, maupun bahan baku makanan lain. Dari situ, dia bakal mudah membuat estimasi budget maupun mengkombinasikan berbagai makanan agar bisnisnya tetap untung. Tak jarang, dia sendiri langsung menemui dan berbicara dengan calon konsumen. Di awal-awal berdirinya Chilli Pari, Gibran sendiri lah yang menyebarkan brosur tentang usahanya.
Berdayakan lingkungan sekitar
Orang sukses adalah orang yang bermanfaat bagi yang lain. Pernyataan ini diterapkan Gibran dengan memberdayakan warga sekitar dalam setiap event pernikahan. Misalnya kelompok ibu-ibu yang diberi tugas menyiapkan bahan baku, memasak, sampai mencuci. Sedangkan yang muda-muda direkrut sebagai tenaga pelayan untuk menyajikan makanan. Dengan cara ini, ada dua manfaat yang diperoleh. Pertama adalah kepastian mendapatkan tenaga kerja saat ada order. Kedua, keberadaan Chilli Pari dirasa manfaatnya oleh warga sekitar.
Gibran menunjukkan bukti jadi wirausahawan itu bukan perkara membalikkan telapak tangan. Kesabaran dan komitmen banyak diuji di awal-awal mendirikan usaha. Sebenarnya Gibran bisa saja ambil jalan gampang dengan meneruskan usaha ayahnya. Toh, dia tak memilih itu. Penolakan ayah dia sikapi dengan menunjukkan bukti. Di lain pihak, dia tak menyerah pula menerima penolakan dari bank sampai tujuh kali saat mengajukan proposal peminjaman permodalan. Justru penolakan itu jadi momen untuk belajar kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya kenapa bank tak bersedia mencairkan pinjaman. Tambahan lagi, Gibran tak antipati terhadap utang ke perbankan. Sepanjang utang itu dikelola untuk hal yang produktif, dalam hal ini usaha, Gibran pun bisa menuai hasilnya.
Gibran bukan tipikal bos yang tinggal terima beres. Dia malah lebih rajin turun tangan dan terjun ke lapangan. Praktis semua kegiatan dari hulu sampai hilir, dia paham. Mulai dari belanja bahan baku masakan sampai ke perekrutran tenaga kerja. Dia jadi tahu pegerakan harga-harga sayur mayur, sembako, maupun bahan baku makanan lain. Dari situ, dia bakal mudah membuat estimasi budget maupun mengkombinasikan berbagai makanan agar bisnisnya tetap untung. Tak jarang, dia sendiri langsung menemui dan berbicara dengan calon konsumen. Di awal-awal berdirinya Chilli Pari, Gibran sendiri lah yang menyebarkan brosur tentang usahanya.
Berdayakan lingkungan sekitar
Orang sukses adalah orang yang bermanfaat bagi yang lain. Pernyataan ini diterapkan Gibran dengan memberdayakan warga sekitar dalam setiap event pernikahan. Misalnya kelompok ibu-ibu yang diberi tugas menyiapkan bahan baku, memasak, sampai mencuci. Sedangkan yang muda-muda direkrut sebagai tenaga pelayan untuk menyajikan makanan. Dengan cara ini, ada dua manfaat yang diperoleh. Pertama adalah kepastian mendapatkan tenaga kerja saat ada order. Kedua, keberadaan Chilli Pari dirasa manfaatnya oleh warga sekitar.
Gibran menunjukkan bukti jadi wirausahawan itu bukan perkara membalikkan telapak tangan. Kesabaran dan komitmen banyak diuji di awal-awal mendirikan usaha. Sebenarnya Gibran bisa saja ambil jalan gampang dengan meneruskan usaha ayahnya. Toh, dia tak memilih itu. Penolakan ayah dia sikapi dengan menunjukkan bukti. Di lain pihak, dia tak menyerah pula menerima penolakan dari bank sampai tujuh kali saat mengajukan proposal peminjaman permodalan. Justru penolakan itu jadi momen untuk belajar kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya kenapa bank tak bersedia mencairkan pinjaman. Tambahan lagi, Gibran tak antipati terhadap utang ke perbankan. Sepanjang utang itu dikelola untuk hal yang produktif, dalam hal ini usaha, Gibran pun bisa menuai hasilnya.