![[IMG]](http://img.okezone.com/content/2016/02/25/18/1321625/misi-nasution-yani-ranpur-inggris-pengiring-pahlawan-revolusi-3HwGAwwqXG.jpg)
Salah satu momen penandatanganan pembelian alutsista asing dalam "Misi Yani" (Foto: Capture Buku 'Profil Seorang Prajurit TNI')
GENCAR berkonfrontasi dengan Belanda kala berupaya merebut Irian Barat pada medio 1960an, Indonesia membutuhkan sejumlah alat utama sistem pertahanan (alutsista) baru dengan berbagai negara Eropa sebagai destinasi pembelian alutsista, termasuk Uni Soviet.
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno pun segera “menitahkan” Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) merangkap Menteri Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Angkatan Darat (Menpangad/KASAD), Jenderal (TNI) Abdul Haris Nasution dengan sebuah misi – “Misi Nasution”.
Destinasi pertama sosok yang dikenal dengan sebutan “Pak Nas” itu tak lain adalah Amerika Serikat (AS). Namun lantaran tidak harmonisnya Presiden AS, Dwight "Ike" Eisenhower dengan Soekarno pada saat itu, membuat AS enggan menjual alutsista pada Indonesia.
Gagal bernegosiasi dengan Negeri Paman Sam, Pak Nas pun mengalihkan tujuannya ke Uni Soviet. Berangkat ke Moskva pada 28 Desember 1960, Pak Nas langsung disambut Menhan Soviet, Marsekal Udara Rodion Malinovsky.
nyambung