![[IMG]](http://cdn.klimg.com/dream.co.id/resources/news/2016/01/26/26589/664xauto-kisah-hijrah-eva-arnaz-tinggalkan-keseksian-menuju-hijab-1601263.jpg)
Dream - Di era 70 hingga 90an, nama Eva Yanthi Arnaz atau kerap disapa Eva Arnaz begitu bersinar di dunia sinema Indonesia. Wanita ini kerap membintangi film mulai bergenre drama, horor, serta komedi.
Sosok wanita kelahiran Bukittinggi, 14 Juli 1958 ini begitu lekat dengan julukan ‘artis panas’. Eva mengawali karir di dunia perfilman dengan peran berani. Keberanian itu membuat Eva Arnaz berada di puncak popularitas.
Tetapi, belakangan Eva memutuskan untuk berhijrah. Meninggalkan popularitas di dunia perfilman demi mengejar kehidupan ukhrawi. Semua lantaran kegelisahan yang terjadi dalam batinnya. Hingga pada 2000, memutuskan untuk berhijab.
Kamis siang pekan lalu, reporter Dream Ratih Wulan Pinandu sempat berbincang dengan Eva melalui sambungan telepon. Eva berkenan menceritakan perjalanan hijrahnya hingga akhirnya memutuskan mengenakan hijab. Berikut petikan wawancara itu:
Alasan apa yang membuat ingin berhijab?
Sebagai umat muslim wajib berhijab. Apalagi kita hidup ini kan cuma sementara. Kehidupan yang pertama kita senang. Kehidupan kedua kita susah. Kehidupan ketiga kita berbuat dosa.
Berlomba-lombalah untuk mendapatkan 'umur kedua' Anda. Ibnul Qoyyim -rahimahullah- mengatakan: "Sesungguhnya seorang ulama bila telah menanamkan ilmunya kepada orang lain, lalu dia meninggal, maka pahalanya tetap akan mengalir serta nama baiknya akan tetap dikenang".
Itulah umur kedua dan kehidupan lain baginya, dan itulah perkara yang paling pantas untuk dijadikan ajang saling berlomba untuk mendapatkannya dan meraihnya" dari Kitab Miftahu Daris Sa'ad.
Kalau kita mau tenang harus banyak bersyukur. Kalau kita susah harus banyak merenung, ambil hikmahnya, bersabar. Di kala berbuat dosa kita harus segera bertaubat. Sebaik-baiknya manusia adalah waktu bertaubat dari dosa yang telah dia perbuat.
Sejak kapan berhijab?
Saya memutuskan berhijab menjelang tahun 2000-an. Jadi sudah 16 tahun. Sebenarnya, bukan hanya mengenakan hijab saja tapi berubah secara keseluruhan.
Jadi pada saat saya berada di puncak-puncaknya, saya sudah tidak bisa merasakan kebahagiaan lagi. Bosan, uang punya, yang suka juga banyak dan saya punya segalanya tapi, subhanallah ya, Allah punya kuasa saya tidak dikasih bahagia.
Jadi kalau kebahagiaan itu karena harta seperti Qarun. Kalau kekuasaan bisa bikin bahagia, saya sudah jadi yang paling berkuasa.
Dulu semua nggak ada artinya. Pas saya sudah berada di puncak, di atas mau tidur nggak bisa, rumah tangga berantakan karena yang satu ke sana dan yang satu ke sini. Bagaimana rumah tangga bisa baik kalau dua-duanya maksiat. Yang satu main film dan satunya lagi main film.
Sedangkan seorang muslimah pekerjaan yang mulia itu bukan bermain film. Itu hidup yang paling saya sesali, kenapa saya ada di film ini. Tapi semua itu proses dan kita bisa memilih. Seperti ibu yang sedang menggendong anak, dan ternyata Allah itu sayangnya melebihi itu.
http://www.dream.co.id/orbit/kisah-hijrah-eva-arnaz-tinggalkan-keseksian-menuju-hijab-1601263.html